Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Meriahnya Festival Banyuwangi Etno Carnival


Bisa jadi inilah pagelaran Banyuwangi Festival yang selalu ditunggu-tunggu setiap tahunnya. Ya, Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) memang telah menjadi magnet utama Banyuwangi Festival, acara budaya yang rutin digelar setiap tahun oleh Pemkab Banyuwangi sejak tahun 2011 lalu untuk mempromosikan pariwisata Banyuwangi.



Jika pada tahun 2015 lalu menampilkan tema Pengantin Using, maka pada pagelaran  Banyuwangi Ethno Carnival 2016 mengusung tema besar cerita rakyat "The Legend of Sritanjung Sidopakso" tentang Legenda Banyuwangi atau asal-usul nama Banyuwangi, yaitu kisah sumpah pati Sritanjung. Sampai sekarang legenda Sritanjung ini masih hidup dan lekat di benak semua warga Banyuwangi.


Sritanjung atau juga dikenal dengan kisah Banyuwangi (=air yang harum) adalah sebuah kisah dongeng legenda dalam khazanah kebudayaan Jawa mengenai kesetiaan seorang istri kepada suaminya Patih Sidopekso/Sidapaksa.

Kisah ini populer sejak zaman Kerajaan Majapahit sekitar awal abad ke-13 Masehi. Pendapat ini didasarkan atas bukti arkeologi, bahwa kisah Sritanjung diabadikan dalam bentuk bas-relief yang terukir di dinding Candi Panataran, Gapura Bajang Ratu, Candi Surawana dan Candi Jabung. Kisah ini dikenal dalam karya sastra berbahasa Jawa Pertengahan dalam bentuk kidung yaitu tembang yang dinyanyikan.

Selain itu cerita ini juga terkenal karena biasa dibawakan dalam upacara ruwatan dalam adat Jawa.
Nama Sritanjung sendiri dikaitkan dengan Bunga Tanjung (Mimusops elengi), bunga yang beraroma wangi. 

Dan di Banyuwangi sendiri Sritanjung dipercaya mendiami sebuah sendang (sumur) yang lokasinya berada di DesaWisata Temenggungan, di sebelah timur Pendapa Sabha Swagata Blambangan, dekat pintu masuk desa yang berjarak beberapa meter dari Gapura Agung Temenggungan yang pada malam tertentu airnya mengeluarkan aroma harum.
Lokasi sumur Sritanjung di Banyuwangi.
Lokasi sumur Sritanjung di Kelurahan Temenggungan, Banyuwangi (sumber : Timesindonesia.co.id)
Kisah Sritanjung sendiri banyak versi namun pada akhir ceritanya sama yaitu saat Sritanjung hendak dibunuh (disuduk) Sidapekso, dia mengucap sumpah jika darahnya wangi maka dia jujur dan bila darahnya busuk maka dia telah berbohong.

Namun ada perbedaan cerita ketika Patih Sidapekso diutus rajanya Prabu Sulakrama untuk meninggalkan Keraton. Dari Banyuwangi sendiri dikisahkan Sidapekso diutus untuk mencari emas Pitung Plengkung Telung Gelung yang berupa pusaka keris 7 lengkungan dan emas benggala 3 gelungan atau 3 sepiral. Namun versi jawa sendiri, Sidapekso diutus oleh rajanya untuk mengantarkan surat ke Swargaloka yang isi suratnya akan menyerang surga.

MISTIS DIBALIK PERSIAPAN BANYUWANGI ETHNO CARNIVAL 2016


Dibalik persiapan Banyuwangi Ethno Carnival 2016 yang bertema The Legend of Sritanjung Sidopekso, sempat terjadi fenomena yang diluar nalar, seperti dikutip dari situs Timesindonesia.co.id.

Peristiwa sarat nuansa mistis berawal pada bulan Juni 2016 lalu. Saat itu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) selaku panitia penyelenggara, memanggil para designer handal Bumi Blambangan untuk membuat konsep kostum dua tokoh legenda asal mula Banyuwangi tersebut.

Sebagai bahan inspirasi, sejumlah tokoh budayawan seperti, Hasnan Singodimayan, Sumitro Hadi, Sahuni dan Andang CY dihadirkan untuk mendeskripsikan.

Tapi apa yang terjadi, penggambaran detil para budayawan tak juga berhasil ditangkap para designer.
“Inspirasi kita dapat, tapi saat akan kita lukis, inspirasi tiba-tiba hilang,” ucap Deni Lesnawan, salah satu designer kostum.

 Tak pelak, deadline satu minggu yang diberikan Disbudpar, tidak menghasilkan satupun lukisan jadi. Padahal, biasanya, dalam sehari Deni bisa menyelesaikan sedikitnya sembilan design.

Designer lain, Langgeng Prayogo, juga mengalami hal yang sama. Bahkan, pemuda keturunan asli suku Using, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, jauh lebih ekstrem. Dia mengalami sakit disekujur badan ketika hendak memulai membuat design kostum Sritanjung dan Sidopekso.

“Melihat kejadian tersebut, kita langsung berembug dengan para budayawan, dan akhirnya diputuskan untuk menggelar selamatan di sumur Sritanjung,” ungkap Kepala Disbudpar Banyuwangi, Muhammad Yanuar Bramuda.
Banyuwangi Ethno Carnival 2016
Legenda Sritanjung-Sidopekso hasil lukisan Langgeng A. Prayogo (sumber : Facebook.com)
Dan aneh bin ajaib, setelah selamatan dan santunan anak yatim digelar pihak Disbudpar, budayawan, designer serta masyarakat di sumur tua yang bertempat di Kelurahan Tumenggungan, Banyuwangi, semuanya menjadi lancar. Design kostum putri Sritanjung dan Sidopekso dengan cepat bisa terselesaikan.

“Para designer tak lagi mengalami kesulitan, menggambar itu cepat jadi,” pungkas Bramuda.

Percaya atau tidak, inilah Banyuwangi.

Post a Comment for "Meriahnya Festival Banyuwangi Etno Carnival"